Minggu, 26 Juli 2009

hujan

 
 Hujan diluar sana semakin deras, malam ini aku sendiri menatap langit yang kosong, tak ada bintang, dan bulan pun enggan menemaniku. Ribuan tanya mencoba mengusik hatiku. Siapa lagi kini yang bisa mengerti aku. Kini aku benar-benar sendiri, menangis sendiri serta tersenyum sendiri mengenang kenangan kita yang entah sekarang mau dikemanakan. Aku sudah menangis tersedu, tapi kini air mataku pun tak bisa membuat Andre kembali. Saat air mataku mulai mengering dan aku ingin pergi dari Andre mengapa ada keraguan yang mengusik. 

 Hujan malam ini sama seperti hujan dua tahun lalu, saat Andre mengatakan bahwa dia sayang aku untuk pertama kalinya. Ya akhirnya kamu mengakui juga rasa itu setelah sekian lama pertemuan pertama kita terjadi. Malam itu hujan turun sangat deras. Sedangkan aku dan dia berdua di balkon atas rumahku, malam itu kita berencana menunggu pagi dan mencoba untuk memilih tuk mengakhiri atau memulai kisah kita. Memilih adalah hal yang paling menakutkan dalam hidup yang harus aku lakukan.
“apa yang kamu harapkan dari seorang Andre?“ tanya Andre saat detik jam menunjukkan pukul 01.00, itulah kalimat pembuka dari heningnya malam itu.
“aku mengharapkan cinta dari kamu” jawabku.
“menurut Naia apa arti cinta itu?”
“cinta itu kebahagiaan”
“hanya itu?” Andre menatapku dalam seakan dia mencari sebuah jawaban didalamnya.
“bukan hanya itu, bagiku cinta adalah bersamamu, karena aku sayang kamu, bagaimana lagi aku harus meyakinkan rasa sayang ini? Aku sayang kamu dan kamu gak pernah mau tau itu.” Aku menunduk dan air mataku pun mulai mengalir.
“aku tau cinta Naia tulus, tapi karena itulah aku gak bisa sama Naia”
“Naia harus apa lagi? Naia harus apa?tolong kasih tau Naia?”
“Nai harus jalani hidup Nai sebaik-baiknya tanpa aku. Karena kalau Nai tetap bersamaku pasti kamu akan tersiksa dengan keadaanku”
“kenapa? Kenapa Andre gak mau sedikit saja mencintai Nai? Mengerti nai... ”
“aku.... aku...” aku menatapnya tajam, mataku pun penuh harap.
“ maaf Nai terlalu egois, aku tau Andre gak sayang Nai, maaf” kataku sambil tertunduk dan air mataku kembali mengalir.
“aku sayang Naia... tapi....” nafasku rasanya tercekat mendengar pernyataannya.
“andre sayang Nai?, Nai gak salah dengar kan?”
“yang Naia dengar gak salah tapi kata-kata Andre belum selesai, Andre memang sayang Nai tapi... tapi karena rasa sayang ini Andre harus meninggalkan Naia”
“aku gak ngerti apa maksud Andre? Kamu bilang kamu sayang Nai tapi kenapa kamu mau meninggalkanku? Kamu bercanda kan?”
“aku gak bercanda. Naia apa yang bisa kamu harapkan dariku, cowok penyakitan yang gak punya masa depan?”
“apa...??”
“ya Nai, aku sakit, kanker otak yang bukan rahasia umum lagi kalau penyakit ini memang gak bisa diobati.”
“gak mungkin.. aku gak percaya, KAMU BOHONG!!!!” air mataku semakin deras keluar dari dua kelopak mataku, tubuhku lemas seakan tidak bertulang. Sedangkan Andre malah tersenyum, cukup banyak arti yang tersimpan dibalik senyumnya itu.
“Nai, kamu takut kan?” 
“ya... aku takut... aku takut kehilanganmu.” Jawabku.
“jangan berbohong hanya untuk menyenangakanku sejenak, sudah cukup banyak penolakan yang aku terima sebelum ini. Sekarang cepat beranjak dariku sebelum kamu benar-benar tidak bisa lepas dariku.”
“kamu yang terlambat ndre...” Andre mengangkat sebelah alisnya sepertinya dia bingung dengan jawabanku.
“aku sudah benar-benar tidak bisa beranjak darimu.”
“kamu bodoh. Apa yang bisa kamu harapkan dari aku Nai?”
“terserah apa pendapat kamu tentang aku, aku memang bodoh tapi aku cukup bisa untuk menilai ketulusan, termasuk ketulusan dimatamu sekarang”
“umurku gak lama lagi”
“kenapa kamu berpikir seolah-olah kamu adalah Tuhan, kalau besok aku yang mati dulu, apa kamu masih mau mencintaiku sekarang?” akhirnya Andre memelukku erat sekali, seakan-akan dia tidak mau sedetik saja kehilanganku. Setetes demi setets air yang hangat mulai terasa dipunggungku, ya Andre menangis juga. Entah apa yang ada dihatinya saat itu tapi aku benar-benar bahagia akhirnya dia mau jujur tentang hatinya. Rasanya ada ribuan malaikat yang mengangkatku kesurga, cinta yang selama ini sangat mengusik hati ini, akhirnya dapat kudekap erat.

 Tapi kini kesepian yang setia menemaniku. Tak ada lagi kabar tentangnya, setiap aku kerumahnya pasti dia selalu gak ada dirumah. Terakhir aku bertemu dia adalah saat ulang tahunnya 4 bulan yang lalu. Saat itu aku membawakannya sekotak kue tart coklat. Perjuangan yang sangat keras untuk membuat kue tart itu menjadi sebuah kue yang benar-benar kue. Mamaku memang pandai membuat kue, tapi sayang bakat itu tidak menurun padaku sama sekali. 1 bulan penuh aku belajar membuat kue dari mama. Semua usaha aku lakukan, mulai dari menghabiskan telur ayam dikandang ayam milik nenekku, dikejar bebek waktu beli tepung roti, kehujanan saat harus service oven, 7 kali berturut-turut hasilnya gosong, sampai yang paling parah aku salah mengambil bahan, yang seharusnya tepung roti yang aku ambil malah semen putih dan hasilnya jadilah adonan semen itu kue semen pertama yang pernah di buat di dunia ini. Sangat-sangat memalukan mengingat itu semua, perjuangan yang berujung pada kue tart hasil bikinan mama yang akhirnya aku berikan.
Saat itu tepat pukul 00.00, dibantu kak Risa, dia kakak pertamanya Andre. Kami pun membuka kamar Andre dan mengagetkannya dengan surprise kita.
“HAPPY BIRTHDAY ANDRE CAYANG” teriakku dan kak Risa bersamaan.
Aku gak pernah menyangka malam itu kan jadi malam terakhirku bertemu Andre. Malam itu setelah Andre meniup lilin, aku bertanya padanya apa permintaanya, “rahasia dong” jawabnya. 
“Andre jahat, masak sama aku pake rahasiaan segala, aku gelitikin lho?” ancamku.
“peace... peace... jangan gelitikin aku”
“kalo gitu kasih tau”
“aku pengen Naia cepet tua”
“hahhh...!?” melihatku terperangah seperti itu Andre malah tergelak keras.
“sepertinya ada yang beneran mau Nai gelitikin ni..” ancamku lagi.
“gak... gak..”
“kalau gitu kasih tau?” Andre pun mendekat padaku.
“aku tadi berharap Naiaku diberi kebahagiaan selamanya”
“pasti bohong”
“ya uda doanya aku cabut!”
“eh jangan... masak doa dicabut lagi sih?”
“abis kamu tadi ngatain aku bohong” aku nyengir melihat Andre cemberut.
“maaf... andre kamu tau gak aku seneng lho... aku bersyukur banget Andre bisa nemenin aku sekarang... naia akan bahagia kalo Andre selalu mau ada disisiku”
“itu yang gak akan bisa terjadi.”
“kenapa?”
“Naia mau janji sesuatu sama aku kan?” aku mengangguk.
“Naia mau aku juga bahagia?”
“Andre kenapa?” tanyaku
“aku ingin Naia gak akan pernah menangis lagi”
“Naia janji...”
Kemudian ada selembar kertas jatuh disamping meja dekat laptop Andre, aku memungut kertas itu yang ternyata adalah selembar foto, foto seorang gadis berkulit putih, rambutnya panjang bergelombang, di foto itu gadis itu sedang tersenyum manis sekali. Gadis yang gak pernah aku kenal itu memiliki paras yang sangat cantik.
“siapa cewek ini?” tanyaku dengan suara bergetar, diseberang tempat tidur Andre hanya terdiam sambil menatapku. 
Setengah jam berlalu dalam diam, Andre benar-benar tidak menjawab pertanyaanku. Akhirnya aku mengambil gitar disampinnya, lalu aku menyodorkan gitar itu padanya.
“nyanyikan sebuah lagu buat aku” pintaku, Andre pun mengambil gitar itu dan mulai memainkan kuncinya. Lagu yang di mainkannya adalah peterpan dengan judul “yang terdalam” sedangkan aku masih diam mencoba tuk menikmati alunan musik yang dia mainkan walaupun sebenarnya aku masih berkelut dengan tanda tanya tentang siapa cewek di foto itu, foto itu masih ada di atas meja disampingku, sekilas aku melirik foto itu lagi untuk kesekian kalinya tapi aku tak kunjung mendapat jawabannya sampai kak risa membuka pintu.
“Naia mau sholat subuh kemasjid?”
“iya kak” setelah itu aku beranjak meninggalkan Andre yang masih asyik dengan gitarnya dan foto si cewek cantik yang tetep ada di atas meja.
Saat sarapan pagi itu Andre lebih banyak diam.
“martabaknya special masakan Naia lho” kata kak Risa.
“itu kan tadi kakak yang kasih bumbu”
“tapi kan kamu yang goreng Nai, enakkan ndre?”
“ kak Risa ada-ada saja” kataku saat kulihat Andre hanya terdiam menatap kosong piring didepannya.
“Andre kenapa kamu diam terus?” tanya kak Risa memecah kekikukan diantara kita.
“mm.. enak.” Jawaban yang sangat singkat dari Andre yang sungguh makin membuatku bertanya-tanya, sebenarnya ada apa dengan Andre? Apa benar ada cinta lain dihatinya?
Setelah sarapan itu Andre mengantarku pulang, sepanjang perjalanan pulang Andre pun masih tetep diam. “Andre aku boleh tanya?”
“tumben mau tanya aja pake gitu dulu?”
“abis dari tadi kamu diem terus”
“mau tanya apa?”
“Andre masih tetep sayang Naia kan?” setelah pertanyaan itu Andre kembali diam.
“Naia Cuma ingin Andre tau, aku bahagia bila kamu juga bahagia” andre mengangguk kecil entah apa artinya aku semakin tidak mengerti akan sikapnya.
“Nai, sorri ya kalau selama denganmu aku tidak bisa memberikan semua yang kamu mau” kata Andre saat aku turun dari mobil.
“maksud kamu apa?”
“gak ada apa-apa aku Cuma pengen ngomong itu” jawabnya kemudian dia kembali masuk ke dalam mobil. Cepat aku membungkuk untuk mengetuk jendelanya, saat jendelanya mulai dibuka aku mengatakan, “aku sangat bahagia saat aku bisa sama kamu, karena aku sayang kamu” sedangkan Andre hanya tersenyum kecil. Itulah kata terakhir yang bisa aku ucapkan pada Andre. Karena setelah saat itu aku tidak bisa lagi menghubungi Andre, bukan hanya sms aku yang tidak dibalas, telpon aku pun dia tidak pernah terima. Semua tentang dia seakan lenyap tertelan bumi. Bahkan kak Risa pun kabarnya pergi ke Canada untuk meneruskan kuliahnya.

 Tak terasa sang surya mulai menyapa, aku segera beranjak ke kamar mandi. Pagi ini aku berencana untuk mendatangi rumah Andre, semoga dia ada dirumah kali ini. Cepat-cepat aku merapikan baju sambil berharap hari ini keberuntungan berpihak padaku. Hari ini aku ingin mempertanyakan cintaku, masihkah aku ada dihatinya? Rentetan kendaraan bermotor yang penuh polusi mengiringi perjalananku. Kali ini tak ada lagi yang bisa menahan rasa rinduku padanya. 
“Andre aku dat.....” ucapanku tercekat saat mengetahui rumah Andre sekarang sangat ramai, sepertinya ada acara disana banyak orang berdatangan, mungkinkah kak Risa married, sepertinya gak mungkin kak Risa kan ada di Canada. Aku mulai bisa melihat wajah orang-orang disana, dan langkahku mulai terhenti pada rangakaian bunga yang bertuliskan “TURUT BERDUKA CITA” didepan pagar, Disamping pintu aku juga melihat kak Risa, matanya merah oleh air mata yang sesekali mengalir dipipinya, kuberanikan diri untuk mendekatinya.
“kak Risa...” sapaku yang membuat kak Risa serta merta memelukku erat, tangisnya semakin menjadi. Di sekelilingku semua memakai baju hitam, pasti ada yang meninggal tapi siapa? Ayah Andre kah?
“kakak, Andre mana?” tanyaku saat kak Risa mulai melepas pelukannya.
“Andre di dalam...” jawab kak Risa dingin, langkahku tak seimbang rasanya sangat berat antara aku merindukannya dan aku juga takut kenyataan seperti apa yang akan aku lihat didalam. Ditengah kerumunan orang sesosok tubuh sedang terbujur kaku diselimuti kain putih, wajahnya pucat, dingin, dan pemilik tubuh tak bernyawa itu adalah Andre. 
“gak mungkin... AAAARRRGGH....” jeritku yang langsung membuatku terbangun, ternyata itu Cuma mimpi. Aku segera berlari ke kamar mandi untuk membasuh mukaku, berharap mimpi buruk itu segera lenyap dari ingatanku.
Aku haru kerumah Andre, aku gak mau terjadi apa-apa dengan dia. 

 Mobilnya sedang di parkir didepan rumah, paling tidak ini berita bagus kerena kemungkinan besar Andre ada dirumah. Aku menekan bel didekat pintunya dan alangkah kagetnya aku saat yang membuka pintu rumahnya adalah cewek yang wajahnya pernah aku lihat, cewek cantik ini adalah cewek yang waktu itu fotonya aku liat dikamar Andre. Oh Tuhan... apa cewek ini benar-benar sudah menggantikanku di hati Andre.
“maaf cari siapa ya?” tanya cewek itu lembut.
“Andre ada?” tanyaku berusaha membuat nada seramah mungkin.
“kamu siapa ya?” tanyanya tetap dengan nada yang sangat lembut.
“aku ceweknya” jawabku dengan nada meninggi karena aku tidak bisa mengotrol emosiku lagi. Cewek ini terlalu banyak ingin tau.
“Naia ya?” mendengar pertanyaannya kali ini membuat mataku terbelalak, bagaimana bisa cewek ini mengenalku saat aku sendiri belum mengenalnya sama sekali, aku mengangguk untuk menanggapi pertanyaannya.
“kamu mau ketemu Andre?” tanyanya lagi dan aku kembali mengangguk. Dia langsung memelukku entah apa maksudnya tapi setelah itu dia berpamitan kedalam sebentar kemudian menyuruhku masuk kedalam mobil Andre. Dalam perjalanan aku mencoba sebisa mungkin membuka obrolan walaupun jujur lidahku terasa kelu, banyak pertanyaan memuncak dalam kepalaku tentang siapa sebenarnya cewek ini dan ada dimana Andre sebenarnya.
“kita mau kemana?”tanyaku.
“katanya mau ketemu Andre kan” jawaban yang sungguh membuat aku tidak bisa lagi bertanya. Sampai mobil berhenti di sebuah pelataran parkir yang sangat sepi, aku tidak mengenal daerah ini. Sebenarnya apa mau cewek ini.
“ayo?” ajaknya, aku pun mengikutinya turun dari mobil dan terus mengikuti langkahnya.
“Andre sudah tenang disana” kata cewek itu sambil menunjuk sebuah pemakaman yang tanahnya masih merah. Di pusaranya tertulis nama “Andrean prasetyo”
“maksudnya apa aku gak ngerti.”
“Andre tidak bisa bertahan dengan penyakitnya, lama dia berusaha untuk terus hidup untuk kamu. Tapi penyakitnya tidak menghendaki hal yang sama, saat hari ulang tahunnya kemarin dia divonis hidupnya tidak akan lama lagi.”
“kenapa dia tidak pernah bilang sama aku, bahkan disaat terakhir pun aku gak bisa menemaninya. Ini gak adil”
“dia gak mau kamu sedih. Ini surat yang dia tulis sebelum dia meninggal” 
“sebenarnya kamu siapa?”
“maaf sudah membuat kamu bingung, aku kakaknya Andre adik dari Risa.”
“terima kasih”
“Nai bukan kamu yang seharusnya berterima kasih, kamu wanita terbaik yang pernah ada didunia ini. Atas semua kenangan indah yang pernah kamu berikan pada Andre, terima kasih ya” cewek itu mengusap pundakku kemudian meninggalkanku sendirian.
Aku tertegun menatap pusara Andre didepanku. Akupun membuka surat putih yang ada ditanganku sambil mengusap air mata yang mulai membasahi pipiku.

  To : Naia Higan
 
 Saat surat ini kamu baca aku sudah tenang di alamku. Dan saat surat ini aku tulis aku sedang menatap indahnya senja sambil mengenang senyum manismu. Maaf aku tidak pernah jujur tentang penyakitku yang semakin memburuk. Jujur aku gak mau membuatmu menangis, jadi tolong seka air mata di pipimu sekarang. Aku sudah mencoba tuk terus bertahan untukmu, aku ingin tetap hidup untuk terus berusaha mewujudkan arti cinta yang kamu inginkan. Katamu arti cinta adalah bersamaku, tapi saat kini aku tidak dapat lagi mewujudkan itu jangan pernah menangis karena ini. Tersenyumlah pasti kamu terlihat sangat cantik. Nai,saat aku gak ada kamu jangan pernah menangis lagi ya karena aku lebih suka senyummu. Karena walau hanya bayang senyummu yang bisa aku kenang tapi iulah yang bisa membuat aku bertahan sampai aku tak sanggup lagi untuk bernafas dan akhirnya Allah ingin aku kembali kesisiNya. 
Naia kamu menyadarkanku bahwa cinta itu adalah sebuah rasa yang tulus. Cinta menerima semua kekurangan dan cukup dengan semua kelebihannya. Terima kasih atas cintamu selama ini. Terima kasih atas kenangan indah yang pernah kamu buat untukku. Maaf karena aku lebih sering membuatmu susah daripada membuatmu bahagia. Maaf aku tak bisa menemanimu lagi. Tapi satu yang harus kamu tau, Andre selamanya akan menyayangi Naia.
Aku sayang kamu..........

Dari:
Yang mencintaimu selamanya...

Surat itu mengakhiri kisahku dengannya dan dalam rintik hujan yang sangat romantis aku memeluk pusaranya. Bagiku ini semua masih sangat tidak adil, aku tidak bisa mendampinginya saat dia sakit, saat seharusnya aku memberikan kenangan terindah untuknya sebelum semua berakhir seperti ini tapi apa yang aku lakukan? Aku tidak bisa memberinya kenangan yang tak mungkin lagi bisa aku tebus seumur hidupku. Tapi aku harus yakin Andre tidak suka dengan air mataku dan terpaksa aku hanya bisa ukirkan rasa cintaku di atas batu nisannya ditemani rinai alunan alam yang mungkin Andre sudah tak lagi bisa menikmatinya. Aku akan tetap bertahan demi cinta dan kenanganku dengan Andre sampai saat aku bisa kembali bertemu dengannya lagi dalam kesejatian dan keabadian.
Andre sayang... cinta itu memang sebuah ketulusan walaupun kini kita terpisah jauh dan hanya takdir yang bisa mempertemukan kita lagi. Kamu pernah menguatkan langkahku, menyandingku dalam indahnya cintamu. Andre lihat aku sekarang tersenyum untukmu, manis sekali kan? Bagiku cinta kita gak pernah berakhir... karena cinta bukan masalah hidup dan mati. Cinta punya dunia sendiri untuk hidup, dunianya sungguh unik. Kadang dihuni tawa kadang juga banjir air mata. Tapi cinta tak pernah mengeluh karena yang dibutuhkan cinta hanya senyuman orang yang di cintainya. Mungkin cinta tak selalu bisa berfikir yang terbaik walaupun selalu berusaha mengusahakan yang terbaik. Aku bukan filsafat cinta aku hanya wanita yang pernah merasakan dalamnya cinta dan kini terpaksa harus kehilangannya.. dan kini terpaksa aku harus mengukir ungkapan cinta terakhirku dinisanmu...

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar